Abu Lahab Kekinian

Oleh: Riza Mariani
Siapa yang tak kenal dengan Abu Lahab? Ia adalah hartawan dan memiliki kedudukan penting dalam kafilah terbesar bangsa Arab, dari klan Qurais. Kekayaan itu berhasil dihimpun dari memonopoli sektor perekonomian, merusak keadilan pemasaran atau melakukan keculasan dalam bisnis. Ia juga memegang kendali masyarakat pada masa itu, bisa diartikan bahwa kekuasaanya adalah perwujudan law in action itu sendiri. Hingga datanglah Nabi Muhammad membawa Islam di tengah-tengah kehidupan masyarakat Arab. Tak pelak Abu Lahab langsung memusuhinya. Meskipunl sebenarnya ia tahu jika Muhammad itu benar-benar seorang Rasul dan ajaran yang dibawanya merupakan wahyu ilahi.

Abu Lahab suka memprovokasia. Bahkan ia banyak mengintimdasi baik secara fisik maupun psikologis guna “membunuh” gerakan dan pengaruh dakwah Islam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan pengikutnya. Bahkan ia juga memprovokasi teroris untuk membunuh Nabi ketika hendak meninggalkan Mekkah. Abu Lahab tidak ingin ada pemimpin yang memimpin rakyat kelas bawah dengan membawa ajaran pembebasan perbudakan dan semacamnya. Jika ia tunduk kepada Islam maka ia akan tunduk pula di bawah perintah Nabi. Padahal Islam menghendaki setiap harta yang diusahakan dan ditimbun harus dikeluarkan sebagian untuk zakat, memerdekakan budak, dan yang lainnnya di mana hal ini bertentangan sikap dan kebiasaannya.Tuhan pun menghukumnya.  Kekuasaan yang dibangun bahkan tidak menolongnya sedikitpun (Al-Lahab: 1-3).

Ilustrasi Monyet Yang Tamak. Foto: http://poskotanews.com

Sifat khas kelahaban tidak mati sampai hari ini. Banyak manusia yang sifatnya sama dengan Abu Lahab. Ia ternyata banyak menjiwai pola hidup masyarakat modern, malahan lebih sempurna dan kompleks seiring dengan tingkat kemajuan yang dicapai oleh masyarakat. Banyak orang secara efektif menguasai ajaran Islam, akan tetapi hanya sebatas pemanis bibir semata. Usaha untuk mengerjakan ibadah, syariah, dan akhlak luhur tidak dimaksimalkan. Malahan yang sekarang berkembang adalah pembangkangan terhadap kebenaran yang sistematik.

Begitu pula dengan sikap tidak jujur, manipulasi kode etik pekerjaan, menghalangi kesempatan orang lain untuk maju dan berprestasi, ingkar terhadap sumpah, dan mengorbankan kemanusiaan untuk kepentingan segelintir orang. Di tengah masyarakat bahkan tempat-tempat yang menjadi pusat ritual dan humanitas muncul kejanggalan-kejanggalan seperti ini yang dibungkus baju intelektual dan keagamaan. Sebagian sangat berperan aktif dalam mencekoki masyarakat dengan dalil dan konsep keilmuan yang yang sebetulnya tidak diamalkannya sama sekali.

Mereka menggandeng Islam sebagai sumber absolut untuk memimpin hawa nafsunya. Islam bukan lagi sebagai the way of life untuk kepentingan keadilan dan kebenaran. Abu Lahab adalah simbol manusia yang selalu tidak puas dengan kenikmatan dan berusaha merampas milik orang lain untuk dikuasai. Padahal Nabi sudah mengingatkan, bahwa orang yang menjadikan dunia sebagai cita-cita terbesarnya, maka tak ada  hubungan sedikitpun antara dia dengan Allah, dan ditetapkan Allah di hati orang ini empat perkara, pertama kegelisahan tanpa henti, kedua, kesibukan yang tak kunjung berakhir, ketiga, rasa kurang yang tak pernah cukup, dan kempat angan-angan yang tak pernah sampai. Semoga ini menjadi pengingat kita sekaligus penulis untuk kesadaran kita akan hakikat kehidupan dan ketauhidan.

Posting Komentar

0 Komentar