Siapa yang tak kenal dengan Abu Lahab? Ia adalah hartawan dan memiliki kedudukan penting dalam kafilah terbesar bangsa Arab, dari klan Qurais. Kekayaan itu berhasil dihimpun dari memonopoli sektor perekonomian, merusak keadilan pemasaran atau melakukan keculasan dalam bisnis. Ia juga memegang kendali masyarakat pada masa itu, bisa diartikan bahwa kekuasaanya adalah perwujudan law in action itu sendiri. Hingga datanglah Nabi Muhammad membawa Islam di tengah-tengah kehidupan masyarakat Arab. Tak pelak Abu Lahab langsung memusuhinya. Meskipunl sebenarnya ia tahu jika Muhammad itu benar-benar seorang Rasul dan ajaran yang dibawanya merupakan wahyu ilahi.
Abu
Lahab suka memprovokasia. Bahkan ia banyak mengintimdasi baik secara fisik
maupun psikologis guna “membunuh” gerakan dan pengaruh dakwah Islam yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad dan pengikutnya. Bahkan ia juga memprovokasi
teroris untuk membunuh Nabi ketika hendak meninggalkan Mekkah. Abu Lahab tidak
ingin ada pemimpin yang memimpin rakyat kelas bawah dengan membawa ajaran
pembebasan perbudakan dan semacamnya. Jika ia tunduk kepada Islam maka ia akan
tunduk pula di bawah perintah Nabi. Padahal Islam menghendaki setiap harta yang
diusahakan dan ditimbun harus dikeluarkan sebagian untuk zakat, memerdekakan
budak, dan yang lainnnya di mana hal ini bertentangan sikap dan kebiasaannya.Tuhan
pun menghukumnya. Kekuasaan yang
dibangun bahkan tidak menolongnya sedikitpun (Al-Lahab: 1-3).
![]() |
Ilustrasi Monyet Yang Tamak. Foto: http://poskotanews.com |
Sifat
khas kelahaban tidak mati sampai hari ini. Banyak manusia yang sifatnya sama
dengan Abu Lahab. Ia ternyata banyak menjiwai pola hidup masyarakat modern,
malahan lebih sempurna dan kompleks seiring dengan tingkat kemajuan yang
dicapai oleh masyarakat. Banyak orang secara efektif menguasai ajaran Islam,
akan tetapi hanya sebatas pemanis bibir semata. Usaha untuk mengerjakan ibadah,
syariah, dan akhlak luhur tidak dimaksimalkan. Malahan yang sekarang berkembang
adalah pembangkangan terhadap kebenaran yang sistematik.
Begitu
pula dengan sikap tidak jujur, manipulasi kode etik pekerjaan, menghalangi
kesempatan orang lain untuk maju dan berprestasi, ingkar terhadap sumpah, dan
mengorbankan kemanusiaan untuk kepentingan segelintir orang. Di tengah
masyarakat bahkan tempat-tempat yang menjadi pusat ritual dan humanitas muncul
kejanggalan-kejanggalan seperti ini yang dibungkus baju intelektual dan keagamaan.
Sebagian sangat berperan aktif dalam mencekoki masyarakat dengan dalil dan
konsep keilmuan yang yang sebetulnya tidak diamalkannya sama sekali.
Mereka
menggandeng Islam sebagai sumber absolut untuk memimpin hawa nafsunya. Islam
bukan lagi sebagai the way of life untuk kepentingan keadilan dan
kebenaran. Abu Lahab adalah simbol manusia yang selalu tidak puas dengan
kenikmatan dan berusaha merampas milik orang lain untuk dikuasai. Padahal Nabi
sudah mengingatkan, bahwa orang yang menjadikan dunia sebagai cita-cita
terbesarnya, maka tak ada hubungan
sedikitpun antara dia dengan Allah, dan ditetapkan Allah di hati orang ini empat
perkara, pertama kegelisahan tanpa henti, kedua, kesibukan yang
tak kunjung berakhir, ketiga, rasa kurang yang tak pernah cukup, dan kempat
angan-angan yang tak pernah sampai. Semoga ini menjadi pengingat kita
sekaligus penulis untuk kesadaran kita akan hakikat kehidupan dan ketauhidan.
0 Komentar