Fenomena Radikalisme, Bahayakah bagi Generasi Hijrah?

Oleh M. Zidni Nafi'

Dua dekade belakangan ini umat Islam menghadapi situasi yang begitu sulit dan kompleks. Hal ini salah satunya disinyalir adanya propaganda musuh yang mengakibatkan kalangan muslim mendapatkan label dengan istilah-istilah seperti radikal, teroris, ekstremis.

Tuduhan tersebut tentu tidaklah benar, sebab sangat bertolak belakang dengan spirit dan tujuan Islam yang mengutamakan budi pekerti (li utammima makarim al-akhlaq) serta mengedepankan sikap lemah lembut, kasih sayang dan persaudaraan bagi sesama manusia (rahmatan lil ‘alamin).

Ilustrasi
Fenomena radikalisme agama misalnya, hingga hari ini masih mengeruhkan kondisi di internal tubuh umat Islam. Terlepas dari tuduhan atau propaganda kepada Islam, kita harus bicara jujur bahwa radikalisme memang benar-benar sudah menggejala. Lalu sebenarnya apa yang dimaksud radikalisme di sini?

Radikalisme yang menggejala di kalangan umat Islam yakni sikap atau tindakan seseorang atau kelompok yang hendak mengubah suatu keadaan melalui jalan kekerasan, bahkan sampai mengatasnamakan Islam sebagai alat legitimasi.

Contoh di tingkat global, ada kelompok mengaku Islam meledakkan gedung WTC (World Trade Center) di Amerika Serikat pada 11 September 2001 dengan dalih jihad, namun apa yang terjadi? Ribuan orang tewas lalu akibatnya munculnya islamophobia di negara-negara Barat.

Di Indonesia, banyak bermunculan aksi teror yang serupa, seperti bom bunuh pada aksi Bom Bali I-II, Kedutaan Australia, dan lainnya. Muncul juga tindakan kekerasan lain seperti menuduh orang lain sesat atau kafir, pemukulan kepada kelompok yang dianggap menyimpang, bahkan terjadi pembantaian kepada kelompok minoritas yang dinilai sesat.

Yang patut disayangkan adalah tindakan buruk tersebut dengan mengatasnamakan perintah ajaran Islam, entah itu alasan mengamalkan jihad atau amar ma’ruf nahi munkar. Padahal kita tahu ajaran jihad tidaklah demikian. Begitu juga amar ma’ruf nahi munkar tidaklah dengan cara kekerasan apalagi sampai melukai bahkan menumpahkan darah manusia.

Faktor Radikalisme

Radikalisme muncul bukan tanpa sebab. Banyak teori yang telah mengungkap faktor penyebab lahirnya fenomena tersebut. Ada faktor utama yang terbagi menjadi dua, yakni internal dan eksternal.
Untuk faktor internal setidaknya ada 4 poin; (1) kedangkalan dalam memahami ajaran islam; (2) merasa inferior akibat kolonialisme di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim; (3) kesehatan mental yang terganggu akibat tekanan masalah lingkungan; (4) lemahnya sifat kemanusiaan sehingga sulit untuk berdialog, toleran, dan empati kepada kelompok yang berbeda.

Sedangkan untuk faktor eksternal sebenarnya ada cukup banyak, namun paling tidak ada 5 poin penting; (1) supremasi hukum yang lemah oleh para pemangku kebijakan; (2) kesenjangan ekonomi di masyarakat; (3) kesulitan dalam praktik berdemokrasi; (4) kolonialisme yang berakibat perlawanan dari suatu kelompok yang hendak membalaskan dendam; dan (5) propaganda untuk menjatuhkan kekuatan Islam yang dianggap bisa menjadi pesaing ideologi atau negara tertentu.

Menyelamatkan Generasi Hijrah

Bagi generasi hijrah yang sedang semangat-semangat berislam, adanya radikalisme bisa dibilang sangat membahayakan. Mengapa bisa demikian? Tidak sedikit kelompok radikal-ekstrem yang begitu berapi-api mengaku hendak jihad membela Islam, namun kenyataan kosong isinya.

Maksudnya kosong? Mereka tidak berlandaskan ajaran Islam yang benar. Mana ada jihad kok meledakkan diri dengan bom untuk membunuh orang-orang yang tak bersalah. Mana ada membela akidah Islam, tapi malah kelewat batas sampai menghilang nyawa sesama saudara muslim hanya karena berbeda pendapat.

Bila penyelewengan beragama itu diterus-teruskan, bagaimana nasib masa depan Islam? Masihkah kita mampu meneruskan sosok baginda Rasulullah yang rahmatan lil ‘alamin?

Untuk itu, kita sebagai generasi hijrah yang sudah memantapkan diri di jalan Allah harus melakukan “3M”; (1) Mengaji ilmu agama yang utuh kepada ulama, kiai, atau ustad yang pintar dan bijaksana; (2) Menyebarkan virus-virus kasih sayang dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat Indonesia yang plural; (3) Menjaga komitmen berhijrah secara lahir dengan ibadah ritul, namun juga secara batin berupa akhlak yang mulia. Wallahu a’lam...


Tulisan ini pernah dimuat di hijraa.co


Posting Komentar

0 Komentar