Demikian disampaikan Rais 'Aam Idarah
Aliyah Jam'iyyah Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (Jatman) Habib
Mohammad Luthfi bin Yahya saat menghadiri Halal Bihalal Nusantara di Majlis
Ta'lim Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, Jl. Otista Raya No. 117, Jakarta Timur,
Sabtu (28/07) kemarin.
“Tinggal pertanyaannya cuma satu
kepada anda semua, apakah Indonesia dipecah belah kalian ridha?” tanya Habib Luthfi
kepada ribuan jamaah yang hadir.
“Tidak....,” jawab serentak jamaah.
“Jawab yang tegas!” pinta Habib.
“Tidaaak.....” sorak jamaah semakin
kencang.
“Harusnya begitu. Ini namanya
teriakan fanatisme yang merasa memiliki Republik ini. Silahkan Pilpres jalan,
tapi Indonesia tetap Indonesia. Boleh berbeda baju, tapi tidak berbeda
Indonesia,” tegas Habib Luthfi.
Menjelang Hari Raya Kurban atau Idul
Adha ini Habib Luthfi hendak mengingatkan masyarakat tentang kisah Sunan Kudus yang
pada waktu itu berperan menghindari masyarakat lokal daerah Kudus dari segala
perpecahan. Terutama saat menghadapi Idul Qurban di mana umat Islam akan
menyembelih sapi.
Hal ini sebab pada satu sisi, saat
itu ada agama yang memposisikan sapi menjadi hewan kehormatan atau dikeramatkan.
Kalau Sunan Kudus jadi memotong sapi, kerajaan yang dipimpin oleh Pangeran
Poncowati akan tersinggung.
“Agar dapat diselesaikan dengan
damai, Sunan Kudus mengeluarkan kebijakan untuk tidak memotong sapi. Sunan
Kudus tidak mengharamkan sapi,” paparnya.
Habib Luthi memuji kehebatan Sunan
Kudus menghindari bentrokan dan menjaga persaudaraan. Pada suatu ketika,
Pangeran Poncowati datang menanyakan apakah itu ajaran Islam? Akhirnya Poncowati
memeluk Islam dan menyerahkan wilayah kerajaan itu kepada Sunan Kudus.
“Bijaksananya Sunan Kudus, lokasi itu
dibangun masjid yang sekarang dikenal dengan masjid Menara Kudus,” pungkas
Habib Luthfi. (M. Zidni Nafi’)
0 Komentar