Islam yang Tak Kunjung "Damai"

Oleh: Deni Gunawan
Kita sepakat kalau agama Islam itu agama salam, agama damai. Kita juga sepakat kalau Islam itu agama tawassuth (pertengahan), yang tak terlalu ekstrim kanan juga tak terlalu ekstrim kiri orang menyebutnya moderat. Kita pun sepakat kalau agama Islam itu menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Bahkan kita sepakat kalau orang Islam itu bersaudara.
Tapi kan itu teorinya, itu kan hanya termaktub dalam ajaran Qur'an dan Hadis. Dari dulu juga begitu, ajaran yang luhur-luhur itu cuma kita agung-agungkan semata, lentur di bibir dan sebatas kata-kata. Selebihnya menjadi biasa bahkan tak biasa. Bahkan kita menjadi kaku dan keras bilamana kita sebut Islam agama yang tak manusiawi tak moderat dan tak damai. Ah memang begitu kita, mudah marah dan lekas baperan.
Ilustrasi. Foto: ist/nu.or.id
Nyatanya antara ajaran dan sikap sering bertolak belakang. Kita sepakat jika Islam itu agama damai tapi dalam laku, kita sering berseberangan. Kita sepakat jika Islam menganjurkan untuk menutup aib sesama tapi nyatanya kita malah mencari-cari aib manusia untuk diumbar. Pun kita sepakat kalau sesama muslim itu saudara, nyatanya kita suka saling caci karena beda.
Nyatanya Islam tak kunjung damai, karena alasan beda cara pandang kita mati-matian saling tendang. Ah nyatanya Islam tak kunjung damai, hanya karena beda soal pilihan presiden, mayat sudara enggan kita solati. Bahkan di tanah para nabi orang sibuk saling bantai sana sini. Sementara jauh nun di sana, di tanah para wali, orang tak letih tebar benci dan caci maki.
Saya mulai bertanya, sejauh mana Islam damai itu? Seperti apa Islam moderat itu? Bagaimana muslim akhul muslim itu? Nyatanya, di negeriku Islam tak kunjung "damai"

Penulis adalah penikmat Kopi Hitam dan Pegiat Filsafat

Posting Komentar

0 Komentar