Rasanya agak terkesan janggal dengan judul di atas, atau
mungkin terdengar paradoks. Lo..kok bisa muslim disuruh baik, emang ada muslim
jelek? Jika kembali pada makna dasar kata "muslim", pada dasarnya
terkandung makna yang positif sebab muslim adalah orang yang berpasrah pada
Tuhan, bagaimana mungkin orang yang berpasrah pada Tuhan adalah orang yang
buruk?
Ya..memang agak terkesan paradoks, tapi sebetulnya bukan itu intinya. Pada faktanya, realitas umat Islam tak seperti makna muslim itu sendiri, nyatanya ada yang jelek ada juga yang baik jika dilihat dari praktek hidup kesehariannya.
Ya..memang agak terkesan paradoks, tapi sebetulnya bukan itu intinya. Pada faktanya, realitas umat Islam tak seperti makna muslim itu sendiri, nyatanya ada yang jelek ada juga yang baik jika dilihat dari praktek hidup kesehariannya.
Menjadi baik adalah inti ajaran Islam selain Tauhid. Orang
Islam semestinya adalah orang baik, selalu menebarkan kedamaian dan memberikan
rasa aman pada siapapun. Al-Qur'an sebagai kitab agung selalu mengajari umatnya
untuk selalu menebarkan kasih dan sayang pada semua makhluk lebih-lebih
manusia, bukankah "basmalah" itu adalah kata kunci kehidupan berbalut
kasih dan sayang.
Hanya saja kita sering lalai. Selain al-Quran, Nabi Muhammad
adalah teladan yang baik, dalam riwayat apapun, ia selalu tercitra agung, ia
tidak pernah menyakiti siapapun, bahkan ia adalah orang yang paling pertama
peduli kepada orang yang suka menyakitinya. Nabi Muhammad adalah manusia murah
senyum, tak pernah membenci dan selalu sopan dalam bertutur kata. Rasa-rasanya
umat Islam akan paripurna menjadi manusia jikalau ajaran al-Quran dan ajaran
Nabi dipraktekkan utuh dalam keseharian.
Hanya saja, meski kita mengakui muslim tapi kita seringkali
berjarak pada al-Quran dan Nabi. Kita hanya memakai Al-Quran dan Nabi saat
semua itu menguntungkan bagi kita, dan kita akan menaruhnya jauh-jauh dari
hidup kita saat tak ada ayat ataupun dari sunnah Nabi yang menguntungkan.
Karena itulah, seringkali wajah Islam rusak dan jelek dimata
umat lain karena ulah kita yang sering kali serampangan dalam beragama.
Padahal, dan semestinya memang harus begitu, ketika menjadi muslim atau
mendengar kata muslim atau Islam yang tergambar adalah kebaikan, kedamaian dan
kebenaran. Sayangnya tidak begitu, hari ini, ketika disebut kata muslim atau
Islam, yang tergambar dalam benak umum adalah kekerasan, terorisme, caci maki,
dll.
Pada akhirnya kita menjadi tidak begitu percaya diri dengan
keislaman kita. Kita tidak tidak cukup percaya diri mengatakan pada orang lain
bahwa kita "Islam" tanpa embel-embel apapun. Yang pada akhirnya kita
harus menjelaskan pada orang bahwa "Saya Islam Moderat", "Saya
Islam Damai", "Si Dia Islam Radikal", dan sebagainya. Padahal
kita tak perlu kalimat damai, moderat dan sebagainya ketika mengatakan Islam,
apalagi tak mungkin ada Islam memunculkan radikal, ekstrim dll. Karena pada
dasarnya Islam itu sendiri adalah damai, Islam itu sendiri adalah moderat.
Hanya saja, karena prilaku kita yang jauh dari al-Quran dan Nabi dan seringkali keliru memahaminya atau bahkan bertolak belakang, membuat wajah Islam seolah-olah ada Islam yang baik dan ada Islam yang buruk.
Hanya saja, karena prilaku kita yang jauh dari al-Quran dan Nabi dan seringkali keliru memahaminya atau bahkan bertolak belakang, membuat wajah Islam seolah-olah ada Islam yang baik dan ada Islam yang buruk.
Padahal, Islam hanya bermakna sesuatu yang baik tidak
negatif. Islam adalah kedamaian itu sendiri, Islam adalah kemoderatan itu
sendiri, Islam adalah keramahan itu dan Islam adalah Islam itu sendiri, ia
tidak akan pernah menjadi buruk sebab Islam itu baik, tidak pernah menjadi
radikal sebab Islam itu moderat, tidak pernah menjadi salah sebab Islam itu
benar.
Dan patut diingat, memiliki akhlak yang baik adalah inti
ajaran Islam, dan masa depan wajah Islam tergantung sejauhmana muslim mampu
mengaplikasikan ajaran luhur al-Quran dan Nabi dengan berakhlak baik lagi
mulia. Wallahu a'lam
Penulis adalah pecinta buku dan pegiat Filsafat Islam juga tukang
ngopi
0 Komentar