Oleh: Deni Gunawan
Manusia adalah makhluk yang
berbeda dengan makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Ia sering disebut sebagai
makhluk sempurna karena diberikan akal dan nafsu sekaligus. Akal dapat membuat
manusia mampu berpikir dan memilah hal-hal baik dan buruk, sementara nafsu
cenderung menghendaki untuk dituruti terlepas itu baik atau buruk.
Hal yang menjadi anugerah
paling besar adalah diberikannya manusia akal oleh Allah. Dengan akal ini
manusia dapat memikirkan dan menciptakan sesuatu. Akal manusia itu sifatnya
selalu bertanya dan berpikir. Kecenderungannya selalu ingin tahu dan penasaran.
Hal ini tak terkecuali juga akan terjadi pada anak-anak.
Bagaimana jika suatu saat ada
anak yang bertanya kepada orang tuanya mengenai Tuhan atau Allah yang
menciptakannya. Misalnya, “Mama, Allah itu ada di mana sih?” Sebagian orang tua ada yang melarang dan mengharamkan pertanyaan demikian untuk ditanyakan, sehingga
membuat anak tidak mendapatkan jawaban yang masuk akal dan membuatnya menjadi
tidak puas. Sebagian orang tua ada yang mampu menjawab dan membuat anak terpuaskan dan terpenuhi fitrah keingin tahuannya, setidaknya saat itu.
Mengenai soal ini, Habib
Quraish Shihab menjelaskan, pertama-tama
yang harus disadari adalah bahwa Allah memperkenalkan diri-Nya, Allah itu jelas
tapi pada saat yang sama Dia bathin (tidak
jelas). Nah, ketika kita ingin menjawab pertanyaan si anak, Allah di mana, dengan
mengandalkan mata kepala kita, maka hal itu tidak mungkin akan terjawab.
Mengapa
demikian? Menurut Habib, hal ini karena Allah terlalu terang, hal ini bisa
diumpamakan seperti mata kita yang silau saat memandang matahari, apalagi saat
memandang pencipta matahari. Contoh lain misalnya, mata kelelawar tidak
bisa melihat pada siang hari karena matanya tak mampu menjangkau sinar yang
sangat terang itu, begitu juga dengan mata kita tidak bisa melihat Allah.
Akan
tetapi, bagaimana cara menjawab yang kira-kira tepat saat anak bertanya Allah ada di mana? Jawaban yang saat ini
tepat menurut Habib adalah Dia ada di mana-mana. Bekas-bekas atau bukti-bukti
wujud-Nya terlihat pada pohon-pohon yang tumbuh, terlihat di lautan, terlihat
di bintang-bintang, terlihat di mana-mana, ini biasa disebut pembuktian Tuhan dengan Burhan
Shiddiqin. Kita tidak perlu melihat sosok kucing, kalau kita
sudah mendengar suaranya.
Percaya itu adalah suatu kebutuhan manusia, kalau seseorang
tidak percaya dokter, maka mustahil ia akan memakan obatnya. Dan penting dipahami
bahwa Allah selalu terlibat dalam apapun dalam hidup makhluknya. Apapun, tidak
ada selembar daun yang terjatuh, kecuali Allah terlibat.
Dalam Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan Habib, rumput-rumput ketika kering layu atau ketika menghijau
subur ada ‘tangan’ Allah di dalamnya yang terlibat. Pesan Habib untuk orang tua
saat anak bertanya demikian adalah buat anak merasakan kehadiran Allah, sebab
Alla itu tidak hadir dengan sendirinya di dalam jiwa seorang anak.
Butuh bimbingan orang tua untuk hal tersebut, karenanya
butuh pembiasaan bagi anak untuk merasakan kehadiran Allah, bahkan dalam
hal-hal kecil semisal bersin, anak dibiasakan diajarkan untuk mengucapkan
“Alhamdulillah”.
“Dialah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa
yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik
kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu
di mana saja kamu berada. Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
QS. Al-Hadid:
4
*Seri Habib Quraish Shihab #2
0 Komentar