Saat Anak Bertanya, “Allah ada di Mana?”

Oleh: Deni Gunawan
Manusia adalah makhluk yang berbeda dengan makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Ia sering disebut sebagai makhluk sempurna karena diberikan akal dan nafsu sekaligus. Akal dapat membuat manusia mampu berpikir dan memilah hal-hal baik dan buruk, sementara nafsu cenderung menghendaki untuk dituruti terlepas itu baik atau buruk.

Hal yang menjadi anugerah paling besar adalah diberikannya manusia akal oleh Allah. Dengan akal ini manusia dapat memikirkan dan menciptakan sesuatu. Akal manusia itu sifatnya selalu bertanya dan berpikir. Kecenderungannya selalu ingin tahu dan penasaran. Hal ini tak terkecuali juga akan terjadi pada anak-anak.

Ilustrasi. Foto: http://tauhid-alwaliyah.blogspot.com

Bagaimana jika suatu saat ada anak yang bertanya kepada orang tuanya mengenai Tuhan atau Allah yang menciptakannya. Misalnya, “Mama, Allah itu ada di mana sih?” Sebagian orang tua ada yang melarang dan mengharamkan pertanyaan demikian untuk ditanyakan, sehingga membuat anak tidak mendapatkan jawaban yang masuk akal dan membuatnya menjadi tidak puas. Sebagian orang tua ada yang mampu menjawab dan membuat anak terpuaskan dan terpenuhi fitrah keingin tahuannya, setidaknya saat itu.

Mengenai soal ini, Habib Quraish Shihab menjelaskan, pertama-tama yang harus disadari adalah bahwa Allah memperkenalkan diri-Nya, Allah itu jelas tapi pada saat yang sama Dia bathin (tidak jelas). Nah, ketika kita ingin menjawab pertanyaan si anak, Allah di mana, dengan mengandalkan mata kepala kita, maka hal itu tidak mungkin akan terjawab.

Mengapa demikian? Menurut Habib, hal ini karena Allah terlalu terang, hal ini bisa diumpamakan seperti mata kita yang silau saat memandang matahari, apalagi saat memandang pencipta matahari. Contoh lain misalnya, mata kelelawar tidak bisa melihat pada siang hari karena matanya tak mampu menjangkau sinar yang sangat terang itu, begitu juga dengan mata kita tidak bisa melihat Allah.

Akan tetapi, bagaimana cara menjawab yang kira-kira tepat saat anak bertanya Allah ada di mana? Jawaban yang saat ini tepat menurut Habib adalah Dia ada di mana-mana. Bekas-bekas atau bukti-bukti wujud-Nya terlihat pada pohon-pohon yang tumbuh, terlihat di lautan, terlihat di bintang-bintang, terlihat di mana-mana, ini biasa disebut pembuktian Tuhan dengan Burhan ShiddiqinKita tidak perlu melihat sosok kucing, kalau kita sudah mendengar suaranya. 

Percaya itu adalah suatu kebutuhan manusia, kalau seseorang tidak percaya dokter, maka mustahil ia akan memakan obatnya. Dan penting dipahami bahwa Allah selalu terlibat dalam apapun dalam hidup makhluknya. Apapun, tidak ada selembar daun yang terjatuh, kecuali Allah terlibat.

Dalam Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan Habib, rumput-rumput  ketika kering layu atau ketika menghijau subur ada ‘tangan’ Allah di dalamnya yang terlibat. Pesan Habib untuk orang tua saat anak bertanya demikian adalah buat anak merasakan kehadiran Allah, sebab Alla itu tidak hadir dengan sendirinya di dalam jiwa seorang anak.

Butuh bimbingan orang tua untuk hal tersebut, karenanya butuh pembiasaan bagi anak untuk merasakan kehadiran Allah, bahkan dalam hal-hal kecil semisal bersin, anak dibiasakan diajarkan untuk mengucapkan “Alhamdulillah”.

“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
QS. Al-Hadid: 4
                                                         
*Seri Habib Quraish Shihab #2

Posting Komentar

0 Komentar