Apakah Allah Tinggal di dalam Ka’bah?

Oleh: Deni Gunawan
Ka’bah adalah baitullah, artinya Ka’bah adalah rumah Allah. Setiap orang muslim selalu mimpi bisa beribadah di hadapan rumah Allah itu. Entah itu dalam bentuk ibadah haji atau umrah.

Semua keinginan untuk beribadah itu adalah suatu bentuk kerinduan kita menghadap Allah di rumahnya. Ka’bah  adalah sebuah bangunan berbentuk bujur sangkar yang terletak di tengah-tengah Masjidil Haram di Kota Makkah Al-Mukarromah, Saudi Arabia. Ka’bah merupakan kiblat bagi seluruh umat muslim dunia saat melakukan ibadah shalat.

Ka'bah. Foto: SuaraJakarta.co

Terkait Ka’bah sendiri, Ka’bah adalah sebuah bangunan yang dibangun oleh Nabi Ibrahim. Saat ini tinggi Ka’bah sekitar 39 kaki 6 inci (kira-kira 11 meter) dan ukuran total adalah 627 kaki persegi maka ukuran dalam Ka'bah adalah 42,64x29,52 kaki atau sekitar 12,7x8,85 meter. Ruangan di dalam Ka'bah diperkirakan mampu menampung sebanyak 50 orang.

Tak banyak orang yang yang memiliki kesempatan untuk bisa masuk ke dalam Ka’bah. Karena itu hanya sedikit yang paham apa yang terdapat di dalam Ka’bah. Disebutkan bahwa di dalam Ka'bah ternyata ada tiga pilar dan meja untuk menaruh parfum. Sementara itu  di langit-langitnya terpasang beberapa lampu lentera. Karena tak semua orang bisa dapat kesempatan memasukinya. Orang bertanya-tanya dan berasumsi tentang isinya. Selain itu apa karena Ka’bah adalah rumah Allah sehingga orang tidak boleh masuk. Atau Allah tinggal di dalam Ka’bah karena Ka’bah adalah rumah Allah?

Habib Quraish Shihab menjelaskan, kita tidak bisa mengatakan bahwa ka’bah itu rumah Allah dalam pengertian materi. Menurutnya, Ka’bah bermakna rumah Allah adalah smbol dari kehadiran Allah. Sebagaimana kita memahami orang yang berada di rumah, berarti ia sedang berada di lingkungan rumah itu.

Di sisi lain, kita memahami bahwa Allah bukanlah materi, Dia dimana-mana, maka untuk melambangkan kehadiran-Nya dibuatlah Ka’bah. Karena itu, kalau orang di (dalam) Ka’bah, kemanapun dia mengarah untuk sholat, itu diperbolehkan.

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.


QS. Al-Baqarah: 144





*Seri Habib Quraish Shihab #15

Posting Komentar

0 Komentar