Gara-gara Pilpres, Muncul Hal-Hal "Baik" Seperti Ini

Oleh Hatim Ghazali*

Kata banyak orang, Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 2019 ini dirasakan banyak madharat (baca: keburukan, hal-hal yang merugikan). Bagaimana kalau kita berpikir sebaliknya terhadap fenomena Pilpres? Berikut ini sederet hal-hal baik yang terjadi karena Pilpres.



Ilustrasi: beritaekspres.com
Pertama, gara-gara Pilpres, non-muslim boleh masuk dan bahkan ceramah di Mesjid, plus dengan sebutan ustadz. Padahal dulu, alih-alih ceramah, non-muslim masuk masjid saja bisa dikeroyok rame-rame.

Kedua, gara-gara Pilpres, orang-orang tidak lagi mempersoalkan ucapan "Selamat Natal". Bahkan, merayakan Natal pun tidak dipersolkan. Ini (sebab nomor 01 dan 02) jelas sebuah kemajuan, karena mereka yang semula pada umumnya eksklusif, sekarang berpihak pada pluralisme.


Ketiga, gara-gara Pilpres, ada banyak tambahan ustadz dan kiai. Bahkan predikat sebagai ustadz lebih gampang didapatkan, tidak perlu ada sertifikasi. Dulu, orang untuk mendapat panggilan ustadz dan kiai, harus mondok bertahun-tahun dan mengusai perangkat ilmu keislaman. 


Keempat, gara-gara Pilpres, orang miskin berderma kepada orang kaya. Katanya, yang kaya membantu yang miskin, melalui infaq, shadaqah dan zakat. Sekarang tidak, orang-orang miskin pun bisa bershadaqah kepada orang yang memiliki uang triliunan. Ini tentu kemajuan bagi bangsa Indonesia, karena membantu orang lain itu hal baik.


Kelima, gara-gara Pilpres, tiba-tiba ada banyak orang baik yang membantu orang lain, memberi duit dan makanan. 


Bagaimana, berpilpres asyik ya kan?



*Hatim Ghazali, Dosen Sampoerna University, Peneliti & Pemerhati agama, kekerasan, budaya.

Posting Komentar

0 Komentar