Kalau
kita sering jalan-jalan ke pasar, atau saat melewati lampu merah di
kota-kota besar, akan sering kita jumpai
orang yang minta-minta. Biasanya, hati kecil kita terenyuh dan tak tega
kalau-kalau tak membagi sedikit apa yang kita miliki.
Setelah
member biasanya ada perasaan puas dan senang karena telah bisa memberi. Artinya
bahwa kita mampu memberikan pertolongan kepada orang lain, lebih-lebih yang
membutuhkan.
Lain
cerita ketika kita sudah member, tapi si penerima kadang ada yang tidak
berterimakasih kepada kita, kadang justru ada yang memasang muka jutek karena
uang yang kita bagi sedikit dalam ukurannya. Nah, kalau demikian, maka siapa
sih sebenarnya yang harus berterima kasih dalam hal ini, penerima atau pemberi
jika ditinjau dari sudut pandang Islam?
Menurut
Habib Quraish Shihab, dari satu sisi perlu ditekankan bahwa bersedekah atau memberi
itu bagaikan berjabat tangan. Kita merasakan betul kehangatan tangan yang
dijabat tersebut, dia pun merasakan kehangatan tangan kita. Karena itu dalam
konteks ini sejatinya kedua belah pihak harus pandai saling berterimakasih.
Kedua,dari
sisi yang memberi juga harus pandai bersyukur, ini karena apa yang kita beri
sesungguhnya masih dan sudah ada yang mau menerima, sehingga dengan
penerimaannya itu diharapkan dia memperoleh ganjaran dari Allah Swt.
Selain
itu, menurut Habib Quraish, kenapa sedekah itu dinamai sedekah? Ini karena
sedekah diambil dari kata shidiq yang bermakna benar dan jujur. Dengan
demikian, intinya pemberi sedekah baru diterima dan direstui oleh Allah kalau
sedekah itu keluar dari hati yang ikhlas dan jujur.
Ada
satu ungkapan dari Sayyidina Ali yang perlu direnungkan, “berterimakasihlah
kepada orang yang menerima pemberian kamu, karena boleh jadi suatu ketika kamu
akan memberinya kamu sudah tidak mampu, boleh jadi juga kamu masih mampu tapi
yang bersangkutan sudah mampu dan tidak jadi memberikannya”.
“Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka
dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman
jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
QS. At-Taubah: 103
*Seri Habib Quraish Shihab #11


0 Komentar