Oleh: Deni Gunawan
Sebagian orang mungkin
bertanya, kenapa sih kalau setiap lebaran atau hari raya idul fitri tiba kita
harus saling bermaaf-maafan? Apakah itu salah satu ajaran Islamkah? Atau
tradisi biasa saja?
Bagi sebagian orang, hal
ini adalah pertanyaan penting bagi hidupnya. Bagi sebagian yang lain, bisa jadi
biasa saja karena sudah memahaminya, atau sebaliknya tak mau tau sama sekali.
Apapun itu, bahwa saling
memaafkan satu dengan yang lain, terlebih jika ada masalah adalah keharusan
dalam ajaran Islam. Bahkan Islam sangat menekankan agar seseorang tidak mudah
marah dan dendam. Justru sebaliknya agar senantiasa mudah memaafkan dan
membangun silaturahmi.
![]() |
| Foto: .hidayatullah.com |
Nah terkait tradisi saat
lebaran, kita memiliki kebiasaan untuk saling meminta maaf dan memaafkan.
Peristiwa tersebut apakah suatu keharusan setiap lebaran untuk dilakukan?
Habib Quraish Shihab
mengatakan bahwa sebenarnya setiap saat, setiap sadar selesai melakukan kesalahan, setiap
orang, siapapun itu, harus segera meminta maaf, apalagi jika momentumnya adalah Idul fitri. Idul fitri
berarti kembali ke asal kejadian. Yang dimaksud di sini adalah asal kejadian
manusia, yakni terbebas dari segala dosa.
Karena itu, menurut Habib, dengan puasa, diharapkan dosa seseorang
kepada Allah akan terbebaskan. Dengan bermaafan, dosa sesama
manusia terlupakan, sehingga mereka benar-benar
kembali kepada fitrah.
Habib juga menekankan terkait etika seorang dalam
bermaaf-maafan. Menurutnya, harus disadari bahwa etikanya, seseorang yang lebih
muda muda usianya harus lebih dahulu meminta
maaft kepada yang lebih tua.
Lalu bagaimana cara menyikapi seseorang yang terus
saja meminta maaf dan setelahnya juga terus melakukan salah. Terkait hal itu, pada dasarnya kita tidak bisa melarang orang-orang untuk terus meminta maaf kepada kita. Tetapi selama sudah
memenuhi persyaratan agama terkait “meminta maaf” (penyesalan,
tekad tidak mengulangi, mengucapkan maaf) itu sejatinya sudah cukup bagi kita dan dirinya.
Perlu diingat pula bahwa dalam tradisi kita sering
mendengar atau menjumpai seseorang yang mengatakan, “saya maafkan tapi tidak
melupakan”, hal ini, menurut Habib sejatinya tidak tepat, orang tersebut pada
hakikatnya belum sampai pada tingkat memaafkan. Bagi Habib ada hal yang jauh lebih
baik dari memaafkan yakni berbuat baik kepada orang yang kita maafkan. Itu
artinya, selain memaafkan kita juga akan lebih baik berbuat baik kepada mereka
yang berbuat salah dan telah meminta maaf
“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
QS. Ali Imraan: 133
*Seri Habib Quraish Shihab #8


0 Komentar