Islam itu agama damai. Islam mengajarkan
kepasarahan dan ketundukan kepada Allah Swt. Di dalam ajarannya Islam selalu
menekankan untuk cinta kasih kepada sesama. Islam melarang untuk berbuat zalim
dan kasar kepada yang lain. Islam melarang peruskan dan kerusuhan serta
kekerasan. Karena itu, Islam diturunkan dari langit sebagai agama yang rahmatan
lil ‘alamin, yakni memberikan rasa tenang, kasih sayang, kedamaian pada
semua penghuni alama jagat raya ini.
Akan tetapi, meski Islam sering didengungkan
sebagai agama yang penuh kedamaian. Di lapangan kita temukan orang-orang yang
menganut agama Islam tetapi suka meneror, memusuhi serta memerangi orang lain.
Hal ini tidak dapat dipungkiri, bahwa asumsi mereka melakukan hal demikian
karena perintah Tuhan yang dianggap bersumber dari teks-teks al-Qur’an yang
menyuruh memerangi orang-orang kafir dan sebagainya.
![]() |
Ilustrasi Peperangan Masa Nabi. Foto: bogor.tribunnews.com |
Di samping itu, sejarah juga mencatat bahwa Nabi Muhammad
Saw., sebagai panutan dalam hidupnya juga pernah beberapa kali berperang melawan
lawan-lawannya. Padahal, di awal sudah disepakati, jika Islam agama yang penuh
damai, cinta kasih, cinta kepada kebaikan, lalu kenapa malah Nabi berperang,
bukankah perang itu tidak baik? Dan bukankah ini menunjukkan sebaliknya, bahwa
Islam yang damai itu berkontradiksi dengan sikap Nabi yang pernah beberapa kali
berperang itu?
Terkait persoalan di atas, perlu memang memusatkan
pikiran dan kehati-hatian dalam membaca masalah serta menyimpulkannya. Karena
bagaimanapun Islam adalah agama damai, dan Nabi adalah manusia luhur. Karena
itu, mustahil kiranya jika apa yang diajarkan oleh Islam bertentangan dengan
apa yang dicontohkan oleh Nabi.
Habib Quraish Shihab menjelaskan bahwa, pada
prinsipnya, agama-agama di dunia selalu mendambakan
kedamaian, Islam ditinjau dari namanya saja telah menunjukkan pada kita akan
dambaan terwujudnya perdamaian. Menurutnya, kalau kita berbicara tentang
perang, kita tidak bisa serta merta mengatakan bahwa perang itu selalu buruk,
adakalanya tidak jarang juga kita butuh untuk melakukan peperangan dalam
konteks menghadapi kejahatan atau ketidakadilan.
Misalnya, keharusan berperang itu seperti, “kita
harus perangi penyakit”, “kita harus perangi narkoba”, “kita harus perangi
kemiskinan”, lalu “kita harus perangi orang-orang yang melakukan penganiayaan
sehingga hak-hak kita, hak-hak kemanusiaan terlanggar”, inilah yang sejatinya
juga telah dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw.
Menurut habib, alasan Rasul berperang adalah untuk memerangi orang-orang yang melakukan
penganiayaan sehingga hak-hak asasi manusia terlanggar. Al-Qur’an sendiri menyatakan, ‘diwajibkan atas kamu perang wahai
kaum muslimin, walaupun perang itu tidak kamu sukai, tapi kita terpaksa’,
itu juga sebabnya dalam sejarah Nabi, seringgkali Nabi pada saat sudah keluar ke medan perang namun di tengah jalan peperangan tidak jadi terlaksana karena terdapat
opsi lain untuk mencapai perdamaian.
Karena itu dalam perang, Islam memiliki
syarat-syaratnya sendiri, misalnya Islam melarang membunuh anak kecil, orang
tua, wanita, serta melarang untuk menghancurkan rumah ibadah, karena tujuan
perang dalam Islam adalah menghalangi orang yang berupaya untuk menghambat
tegaknya hak-hak asasi manusia.
Habib menegaskan bahwa kita harus paham bahwa,
ketika Islam atau ketika Nabi menghadapi orang-orang yang dihadapinya, yang
diperanginya itu bukan orangnya, karena itu dalam etika Islam, mereka yang
sudah menyerah tidak boleh diganggu, tawanan yang ditawan harus diperlakukan sebaik
mungkin, dan yang sakit harus diobati. Sebab etika perang dalam Islam
menunjukkan bahwa yang diperangi bukanlah manusiannya namun kelakuan manusia
tersebut.
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu
yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
QS. Al-Baqarah: 216
*Seri Habib Quraish Shihab #13
0 Komentar