Kita sering kali mendengar istilah halal dan haram dalam Islam. Bahkan saat pergi pengajian istilah tersebut sudah menjadi sesuatu yang lumrah akan didengar oleh setiap jama’ah dari ustadnya.
Hal ini pun senada dengan sikap keberagamaan
masyarakat kita yang cenderung yurisprudensialistik atau fikih sentris. Orang
akan secara tekun menanyakan, “apakah yang ini haram atau halal?”
Hal yang demikian membuat kita lantas bertanya.
Kenapa sih Islam banyak berbicara soal halal dan haram? Apa sih halal dan haram
itu sebenarnya? Kenapa kita harus tau halal dan haram?
Menurut Habib Quraish Shihab, halal itu ada bermacam-macam,
ada yang sifatnya wajib, ada yang sifatnya sunnah, ada juga yang sifatnya mubah
dan bahkan makruh.
Sementara itu, menurutnya, sesuatu yang haram itu sedikit sekali dalam Islam. Memang benar, seringkali terasa bahwa haram itu terasa lebih banyak. Hal ini
karena masyarakat kita lebih banyak berbicara sesuatu yang haram ketimbang hal-hal yang halal. Menurutnya, kita seharusnya lebih banyak berorientasi pada kebajikan.
Di sisi lain, kenapa bisa ada makanan halal dan
haram? Menuruntya, sebenarnya apa yang disediakan oleh Tuhan di muka bumi ini pada
dasarnya tidak hanya untuk manusia. Ini terlihat dari bahwa ada sebagian yang
dibutuhkan oleh manusia dari binatang-binatang itu yang perlu dimiliki manusia,
tetapi di sisi lain karena mereka membutuhkan makanan khusus sehingga tidak
bisa dimakan oleh manusia.
Pada
akhirnya itu semua akan membawa kemaslahatan untuk manusia. Pada prinsipnya
segala yang mengantarkan pada kemaslahatan manusia dan kelestarian alam adalah
halal. Dan sebaliknya yang haram pasti merugikan kepentingan diri dan
lingkungan.
“Hai
sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
QS. Al-Baqarah: 168
*Seri Habib Quraish Shihab #9
0 Komentar