Mengapa Kita Harus Merawat Anak Yatim?

Oleh: Deni Gunawan
Setiap anak selalu menginginkan punya orang tua lengkap. Akan tetapi tidak setiap anak menerima kenyataan seperti yang diinginkan. Ada yang sejak lahir sudah tak memiliki orang tua dan sebagainya. 

Sementara itu, ada juga yang terlahir di dunia dari orang tua yang lengkap. Tapi karena faktor ekonomi, mereka ada yang dibuang atau ditelantarkan. Banyak hal ini kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak jalanan,gelandangan, pengamen pada umumnya juga akibat dari hal-hal demikian.

Lalu pertanyaannya, apakah setiap anak yang tidak memiliki orang tua disebut yatim? Apakah mereka yang punya orang tua lengkap tapi hidup terlantar seperti kondisi di atas bisa disebut yatim? Lalu bagaimana Islam berbicara soal tersebut?
 
Anak-anak yatim sedang berdoa. Foto: Wajibbaca.com

Dijelaskan oleh Habib Quraish Shihab bahwa yatim itu pada mulanya berarti sendiri. Dalam Al-Qur’an waammal yatima, dari segi hukum, yatim bermakna seorang anak yang meninggal ayahnya sedang dia belum dewasa. Akan tetapi, karena kata yatim ini bermakna ketersendirian, maka ada ulama yang memperluas kewajiban memberi perhatian kepada anak-anak yang hidupnya sendirian. Yatim mencakup juga anak-anak yang sendirian yang tidak mendapat bimbingan seperti di antaranya anak-anak jalanan.

Dalam al-Qur’an, sebagaimana ditegaskan Habib, ada sekian ayat yang berbicara tentang yatim. Ayat-ayat yang turun di Mekkah pada masa awal  misalnya, menggambarkan pemberian perhatian pada anak yatim itu  pada sisi mental dan pendidikannya, baru kemudian diberikan makan dan sebagainya yang sifatnya materil.

Habib menegaskan bahwa pendidikan terhadap anak yatim dimulai dari membangun kepercayaan diri, memperlakukan mereka dengan baik dan memberi kasih sayang. Al-Qur’an sejak awal mengingatkan, “tahukah kamu orang yang mendustakan agama, mereka adalah yang mengabaikan anak yatim”. Hendaknya, jika ingin membantu anak yatim dalam bentuk materi, gunakanlah materi tersebut untuk membina mental dan karakter si anak tersebut.


"Tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"



QS. Al-Baqarah: 220

*Seri Habib Quraish Shihab #18







Posting Komentar

0 Komentar