Percaya kepada Nabi dan Rasul adalah salah satu
dari rukun keimanan dalam Islam. Orang Islam wajib mempercayai bahwa ada Nabi dan
Rasul yang diutus Allah Swt., kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kepada
jalan keselamatan.
Akan tetapi, kadang seringkali di dalam diri kita
bertanya-tanya, mungkinkah ada Nabi dari perempuan? Hal ini karena, setidaknya,
dari 25 Nabi dan Rasul yang diwajibkan untuk diimani dalam al-Qur’an semuanya
laki-laki. Kadang karena hal ini ada sebagian orang yang tidak mengerti Islam
dan tidak suka dengan ajaran Islam menganggap bahwa Islam terlalu partriarkis
dalam soal kenabian dan tidak ramah terhadap perempuan. Dianggapnya hal ini
sebagai bentuk ketidakadilan gender yang dilakukan Islam.
![]() |
Ilustrasi. Foto: mubaadalahnews.com |
Sebelum jauh kesana penting kiranya diketahui apa
yang dimasud dengan kenabian dalam Islam itu. Habib Quraish Shihab menjelaskan pertama-tama
bahwa, kita tidak bisa memastikan apakah Nabi dari jenis perempuan itu ada atau
tidak ada. Hal ini karena, menurut habib, apa yang kita ketahui tentang Nabi
yang diceritakan dalam al-Qur’an hanya 25 lima orang Nabi dan Rasul saja, padahald
ada seratus dua puluh empat ribu Nabi yang tersebut dalam riwayat-riwayat.
Boleh jadi dari yang 124.000 Nabi itu terdapat yang perempuan.
Kedua, kalau kita berbicara sesuai yang
didefinisikan oleh ulama-ulama bahwa Nabi itu adalah yang mendapatkan wahyu
dari Tuhan. Maka di dalam al-Qur’an kita menemukan, bahwa ibu Nabi Musa itu mendapat
wahyu, sayyidah Maryam itu juga mendapat wahyu, kalau demikian maksudnya maka
itu berarti mereka adalah nabi-nabi.
Memang
ada yang mengatakan bahwa terdapat ayat yang
menyatakan, “kami tidak mengutus para rasul itu kecuali rijaalan”. Di sini ulama mendefinisikan
kata rijalan bermacam-macam. Ada yang mengartikan rijaalan itu orang laki-laki, tapi di sisi lain sebenarnya kata rijaalan bisa juga berarti tokoh-tokoh
teladan.
Jadi, menurut habib, rasul yang dikirim Allah itu
adalah orang-orang, tokoh-tokoh teladan, dengan demikian di sini tidak ada yang
menentukan apakah Nabi itu harus berasal dari laki-laki atau perempuan. Akan tetapi
perlu dipahami betul bahwa, memang dalam kultur Islam, jarang sekali
tokoh-tokoh perempuan dibicarakan, padahal kita memiliki tokoh-tokoh tersebut
dan kita tidak kekurangan tokoh dari perempuan. Masa Nabi misalnya terdapat
Sayyidah Khadijah yang sangat luar biasa, begitu pulaa Sayyidah Aisyah yang
juga luar biasa, dan tentu banyak lagi yang lainnya yang tidak banyak ditonjolkan
dalam kultur Islam.
Satu
hal, ada yang berkata bahwa ada dua tokoh perempuan yang
sangat berjasa berpengaruh di dunia, yang pertama adalah ibu dari Alexander the
Great. Yang kedua, Hindun Bin Abi Sufyan, yang bisa mendidik anaknya
sehingga terbentuk dinasti Umawiyah. Kesemuanya adalah perempuan.
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan
yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki
dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan
perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
QS. Al-Ahzab: 35
*SeriHabibQuraishShihab #20
0 Komentar