Adakah Nabi dari Perempuan?

Oleh: Deni Gunawan
Percaya kepada Nabi dan Rasul adalah salah satu dari rukun keimanan dalam Islam. Orang Islam wajib mempercayai bahwa ada Nabi dan Rasul yang diutus Allah Swt., kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kepada jalan keselamatan.

Akan tetapi, kadang seringkali di dalam diri kita bertanya-tanya, mungkinkah ada Nabi dari perempuan? Hal ini karena, setidaknya, dari 25 Nabi dan Rasul yang diwajibkan untuk diimani dalam al-Qur’an semuanya laki-laki. Kadang karena hal ini ada sebagian orang yang tidak mengerti Islam dan tidak suka dengan ajaran Islam menganggap bahwa Islam terlalu partriarkis dalam soal kenabian dan tidak ramah terhadap perempuan. Dianggapnya hal ini sebagai bentuk ketidakadilan gender yang dilakukan Islam.
Ilustrasi. Foto: mubaadalahnews.com

Sebelum jauh kesana penting kiranya diketahui apa yang dimasud dengan kenabian dalam Islam itu. Habib Quraish Shihab menjelaskan pertama-tama bahwa, kita tidak bisa memastikan apakah Nabi dari jenis perempuan itu ada atau tidak ada. Hal ini karena, menurut habib, apa yang kita ketahui tentang Nabi yang diceritakan dalam al-Qur’an hanya 25 lima orang Nabi dan Rasul saja, padahald ada seratus dua puluh empat ribu Nabi yang tersebut dalam riwayat-riwayat. Boleh jadi dari yang 124.000 Nabi itu terdapat yang perempuan.

Kedua, kalau kita berbicara sesuai yang didefinisikan oleh ulama-ulama bahwa Nabi itu adalah yang mendapatkan wahyu dari Tuhan. Maka di dalam al-Qur’an kita menemukan, bahwa ibu Nabi Musa itu mendapat wahyu, sayyidah Maryam itu juga mendapat wahyu, kalau demikian maksudnya maka itu berarti mereka adalah nabi-nabi.

Memang ada yang mengatakan bahwa terdapat ayat yang menyatakan, “kami tidak mengutus para rasul itu kecuali rijaalan”. Di sini ulama mendefinisikan kata rijalan bermacam-macam. Ada yang mengartikan rijaalan itu orang laki-laki, tapi di sisi lain sebenarnya kata rijaalan bisa juga berarti tokoh-tokoh teladan.

Jadi, menurut habib, rasul yang dikirim Allah itu adalah orang-orang, tokoh-tokoh teladan, dengan demikian di sini tidak ada yang menentukan apakah Nabi itu harus berasal dari laki-laki atau perempuan. Akan tetapi perlu dipahami betul bahwa, memang dalam kultur Islam, jarang sekali tokoh-tokoh perempuan dibicarakan, padahal kita memiliki tokoh-tokoh tersebut dan kita tidak kekurangan tokoh dari perempuan. Masa Nabi misalnya terdapat Sayyidah Khadijah yang sangat luar biasa, begitu pulaa Sayyidah Aisyah yang juga luar biasa, dan tentu banyak lagi yang lainnya yang tidak banyak ditonjolkan dalam kultur Islam.
Satu hal, ada yang berkata bahwa ada dua tokoh perempuan yang sangat berjasa berpengaruh di dunia, yang pertama adalah ibu dari Alexander the Great. Yang kedua, Hindun Bin Abi Sufyan, yang bisa mendidik anaknya sehingga terbentuk dinasti Umawiyah. Kesemuanya adalah perempuan.

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
QS. Al-Ahzab: 35


*SeriHabibQuraishShihab #20

Posting Komentar

0 Komentar